Total Tayangan Halaman

15.12.10

surat untuk Tuan Lambung

Entah sadar atau sekedar garis tangan aku diciptakan sebagai calon Geofisikawati. aku menerima, memang inilah jalanku. berjumpa beragam proses kedewasaan dari banyak teman, aku temukan pengganti pendekar. Tuan, bolehlah kau habisi pendengaranmu, lalu bacalah suratku. ini bukan lagi surat cinta atau pesan cerpen serupa amanat petrologi-akhir. aku cuma tak sabar tak kuasa menunggu balasan,
TERIMA atau KAU tangguhkan aku dalam kisahmu
;(penantian semu). 
benar, ku akui sering ku sakiti beberapa bagian tubuhmu, ku sayat karena tugas, kucabik dengan isi pikiran melambung mencari awan'. ku sesali... hingga kau berbisik tak kuat lagi.
kau mengajakku berputar semalaman mencari celah kesehatan, aku bangkit sambil terhuyung mencuri pandang mataharipagi. tak peduli pukul berapa aku harus di hadapan dosen, masih saja kau mencuri saat aku harus berangkat,-diare.
 bukan salahmu, Tuan.. ini sepenuhnya kesalahanku. aku tak mampu penuhi pintamu yang cuma...
(izinkan aku rehat

maaf,, bila aku menyakitimu lagi...

Esok hari tepat tujuhbelas bulan terakhir, kuambil lagi sehatku di dekat Code,-yang kata orang tempatwisatabencana & akumembencinya. tak taukah mereka(:para penonton itu) seberapa besar rasasakit mereka(:yang ditontonitu)...

... entah yang ku terima aku tak peduli... aku tak peduli... aku tak peduli...

Sebentar,,,  mari kembali pada pertanyaan awal,,
SudAhkah kau punya jawaban atas lamaranku, Tuan?
atau kau segan, sedang Khadijah saja tak merasa takut melamar Nabi-sang Pujaan??
lalu, apa ku keliru mendekatkan padamu, wahai Tuan..

baiklah, ku tunggu sejenak.. 

<beberapa hari lagi hati kan bertanya lagi,, haraphati, sudah ada jawaban atas pertanyaan.. biar tak salah lagi ku memanggilmu; kekasih... oh kekasih.... lagu untukmu oh kekasih....>

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar